Di tengah hiruk pikuk Jakarta, wajar kala kekhawatiran menghampiri kami ketika para eyang mengusulkan kami merencanakan kehamilan dengan alasan ‘sudah saatnya Adies punya adik lagi‘…mmmmm, antara bingung dan tertantang…apalagi usia ku sudah kurang begitu strategis untuk sebuah kehamilan.
Sebuah kabar dari seorang teman lama memecah mimpi kami. Seorang bayi tak berdosa membutuhkan pengasuhan sepasang orang tua setelah kelahirannya yang tidak begitu diinginkan orang tuanya. Di tengah derai hujan yang mengguyur kota Jakarta, kami membawanya ke kota Depok…”oh Tuhan, bayi mungil ini begitu cantik…walau hanya 1,7 kg”…terlahir prematur 8 bulan dengan panjang 40 cm. Apa yang harus kami buat?
Segala upaya memprovokasi bundanya untuk tetap bersama dia sudah kami lakukan hingga tiba hari terakhir ia akan ditinggalkan ibundanya. Perpisahan ibu dan anak itu terjadi juga. Hati kami miris melihat kenyataan di depan mata. Sebuah dakwaan budaya menghimpit wanita ini…dia tak punya pilihan lain selain meninggalkan putri mungilnya dengan harapan dapat diasuh dan dikasihi oleh kami, orang tuanya yang baru.
Kehadiran Putri – nama panggilan baru yang lebih disukai oleh Jey dan Adies – menjadi sukacita tersendiri bagi kami. Selama 10 hari dalam pengasuhan babby sitter yang baru, Putri mengalami berbagai gangguan pencernaan karena bakteri. Wah, kami bersegera memohon oma menolong kami karena waktu kami yang terbatas untuk merawat Putri. Kehadiran Putri disambut penuh sukacita juga oleh para eyang.
Kami semua menginginkan dan mendoakan yang terbaik untuk Putri.
Wayne Putri ; sebuah panggilan yang seringkali keliru dikenakan pada Gadis
Talitakum ; sebuah doa dan harapan untuk bangkit
Tuhan maha mengetahui hati kami…kami mencintainya dan biarlah ia tumbuh dengan cinta Tuhan melalui kami…Welcome Putri
No comments:
Post a Comment