Pasangan itu seperti sepatu dan sandal. Mereka gak akan pernah sama, bergerak juga gak akan pernah kompak (karena kalo kompak, lo’ nya yang jatoh hehehe…) tapi saling bergantung satu sama lain J
“Counter part” adalah bahasa yang tepat digunakan untuk mendefinisikan pasangan menurut Alkitab. Kata Ibrani untuk ‘sepadan’ yang digunakan dalam Kejadian 2:18 adalah ezer kenegdô. Kata ‘ezer’ merupakan gabungan dua akar kata ‘-z-r yang berarti ‘menyelamatkan’ atau ‘menolong’ dan kata ‘g-z-r yang berarti ‘menjadi kuat’. Perbedaan keduanya adalah tanda pertama dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasa Ibrani, huruf tersebut tidak dibunyikan namun dahulunya merupakan bunyi parau yang terbentuk di bagian belakang kerongkongan. Huruf ‘g’ adalah ‘ghayyin’ dan seperti tanda yang lainnya ‘ayin’, keduanya kemudian memakai lambing yang sama dalam abjad Ibrani. Keduanya diucapkan berbeda jelas dari penggunaan nama-nama yang mempertahankan bunyi ‘g’ seperti ‘ghaza’ atau ‘gomorah’. Beberapa bahasa Semit ada yang membedakan kedua tanda ini dan ada yang tidak; misalnya bahasa Ugarit menetapkan perbedaan antara ‘ayin’ dengan ‘ghayyin’; bahasa Ibrani tidak. (R. David Freedman, “Woman, A Power Equel to a Man”, Biblical Archeology Review 9 [1983]:56-58). Itu sebabnya saya mengusulkan agar kita menerjemahkan Kejadian 2:18 sebagai “Aku akan menjadikan kuasa [atau kekuatan] yang sepadan dengan laki-laki.” Berdasarkan bahasa Ibrani yang lebih baru Freedman bahkan mengatakan bahwa kata kedua dalam ungkapan Ibrani yang ditemukan dalam ayat ini sebaiknya diartikan setara dengannya. Jika memang demikian, maka Allah menjadikan bagi laki-Iaki itu seorang perempuan yang sungguh setara dan sungguh sesuai dengannya. Dengan demikian, kesendirian manusia akan lenyap. Pemikiran yang sama diberikan oleh Rasul Paulus. Ia menegaskan dalam 1 Korintus 11: 10, “Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa [atau kuasa] di kepalanya” [maksudnya yang tertanam di dalarn diri perempuan]. Pola pikir yang menegaskan kesetaraan penuh ini berlanjut d al am Kejadian 2:23 waktu Adam berkata kepada Hawa: “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. la akan d inarnai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Maksud ungkapan dari kalimat tll/ang dari tulangku adalah “sanak yang sangat dekat “, “salah satu dari kami ” atau maksudnya “kesetaraan kami”. Perempuan itu tidak pernah dirnaksudkan sebagai pembantu atau “rekan penolong” bagi laki-laki itu. Istilah mate(rekan) terselip ke dalam bahasa Inggris karena istilah ini sedemikian dekatnya dengan istilah meet (tentu) dalam bahasa Inggris Kurio, yang berarti “cocok dengan ” atau “sesuai dengan” laki-laki itu. Istilah tersebut berasal dari kalimat serupa dengan yang pemah saya ungkapkan yang berarti “setara dengan”. Maka apa yang Allah maksudkan adalah untuk menjadikan suatu “kuasa” atau “kekuatan” bagi laki-laki yang dalam segala hal akan “sesuai dengan laki-Iaki” atau bahkan “rnenjadi setara baginya”.
Beberapa pasangan baru benar-benar mengenal pasangannya setelah menikahinya. Beberapa yang lain memang baru menampakan ‘keasliannya’ setelah menikah. Tak jarang banyak cinta yang mulai berubah ketika berhadapan dengan perubahan-perubahan seperti itu.
Bagaimana jika ternyata pasangan kita adalah tipe egois?
Apa itu egois? Ego berbeda dengan egois. Ego adalam mengenai konsepsi individu tentang dirinya sendiri, rasa sadar akan diri sendiri sedangkan egois berarti orang yg selalu mementingkan diri sendiri dan egoisme berarti tingkah laku yg didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri dp untuk kesejahteraan orang lain
Sikap pasangan yang ingin menang sendiri dan selalu mementingkan dirinya sendiri inilah yang menjadi masalah. Pada dasarnya, orang yang memiliki sifat egois itu hanya berfokus pada dirinya sendiri secara berlebihan sehingga menjadi tidak suka dikritik atau dinasehati. Maka dari itu, perlu cara lain untuk menghadapi pasangan yang egois.
Sebagai pasangan yang telah dipersatukan Tuhan, tidak mungkin untuk memilih ‘perceraian’ sebagai jalan keluar dari keputusasaan menghadapi pasangan yang egois. Beberapa tips berikut ini patut dipertimbangkan :
- Membangun kesadaran diri sendiri bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa dan pada dasarnya berpusat pada diri sendiri atau menjadi egois.
- Peka. Membuka hati dan pikiran seluas-luasnya dan tidak berpusat pada permasalahan akibat egoism pasangan yang terkadang membuat anda menjadi “seolah-olah” korban. Tidak semua orang menjadi egois karena ingin menyakiti orang lain. Periksalah dengan seksama penyebab pasangan anda menjadi egois. Teliti masa lalunya dan peristiwa traumatis yang pernah dialami terkait kebutuhan-kebutuhan emosional-psikologis yang tidak terpenuhi dalam tahapan tumbuh-kembangnya. (Misalnya kebanyakan orang egois karena sebenarnya memiliki masalah pribadi yang tidak bisa mereka ceritakan. Mereka juga kadang egois agar tak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan orang lain yang diakibatkan oleh pengalaman masa lalu di mana mereka disakiti orang dekatnya. karena itu, coba peka dan memahami masa lalunya. Tunjukkan bahwa Anda ingin membantunya mengatasi masalahnya). Keuntungannya bagi anda adalah anda akan menjadi semakin pintar dan bijak menyikapi semua yang terjadi sebelum anda memutuskan. Wawasan anda bertambah dan anda terhindar dari mengulang kesalahan yang sama pada anak-anak anda bahkan anda memiliki peluang memenangkan pasangan anda.
- Kelola emosi anda dengan sebaik-baiknya. Hidup positif akan menolong anda berpikir positif. Filipi 4:8 – “Jadi akhirnya saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Kemampuan anda mengelola emosi di sini akan menentukan kualitas hubungan yang anda bangun dan kembangkan berdua. Hal ini sangat berpengaruh pada hubungan anda dengan anak-anak anda dan sesama lainnya.
- Berusaha mengungkapkan perasaan yang sebenarnya secara jujur. Semua yang anda rasakan terhadap sikap egois pasangan yang menjadi pengganggu bagi anda. Pilihlah waktu dan tempat yang tepat. Bicarakan dalam suasana yang santai. Secara perlahan, mintalah pasangan untuk menjadi peduli pada orang-orang di sekitarnya/lingkungannya. Jika memungkinkan, anda dapat menyampaikan secara jujur beberapa kekecewaan anda sebagai akibat dari keegoisannya.
- Bersikap tenang kepada pasangan yang sudah mulai marah karena keegoisannya. Semakin anda bereaksi/keras, akan semakin menjadi-jadi nantinya. Dengan bersikap demikian, ini melatih pasangan untuk lebih memahami dan sensitif lagi terhadap apa yang anda rasakan. Jika tidak tega untuk mendiamkannya, cobalah untuk menjadikan semua keinginannya sebagai prioritas tetapi bijaksanalah dalam menentukan prioritas. Jangan selalu memprioritaskan semua keinginannya. Hal ini untuk menegaskan bahwa anda juga punya kebutuhan yang perlu dia lihat dan bahwa pasangan anda perlu beranjak dari zona nyamannya.
- Berilah pujian jika ada perubahan sekecil apapun. Ini sebagai bentuk kalau anda menghargai usaha pasangan. Jika sudah tidak dapat menghadapi sifat egois pasangan, anda butuh penyegaran suasana; pilihlah tempat yang anda berdua sukai, tempat yang tenang dan jauh dari rutinitas. Gunakan waktu ini untuk menyegarkan komitmen cinta dalam hubungan anda berdua dan melihat sekilas kekeliruan di masa lalu serta menyepakati perubahan untuk waktu-waktu mendatang.
Prinsip terpenting dalam menghadapi pasangan yang egois adalah SABAR. Di dalam kesabaran terkandung unsur pengendalian diri. Jika anda gagal maka anda-lah yang petama-tama sedang menghancurkan hubungan anda berdua. Pada saat-saat tertentu, nasib hubungan anda berdua terletak di tangan anda. Karena, jika anda bisa menilai pasangan anda egoism aka anda seharusnya tidak lebih egois dari dirinya
No comments:
Post a Comment