Friday, November 7, 2014

Ajar Kami, Tuhan...

Hidupku tak serumit ini sebelumnya…paling tidak sebelum aku menapaki kaki kembali ke kota ini setelah 12 tahun lamanya aku tak pernah ingin kembali…
Firasatku tak begitu bagus ketika memutuskan (*tepatnya menyepakati) untuk pindah ke sini. Seperti ada yang membisikan bahwa sesuatu yang kurang baik akan terjadi dan aku harus siap setiap saat.
Hubungan kami juga tak serumit ini sebelumnya namun menjadi begitu rumit ketika memasuki tahun ke 7 kebersamaan kami. 3 buah hati telah menghiasi kebersamaan kami…mereka lucu, manis dan benar-benar anugerah Tuhan. Mereka adalah wujud kasih Tuhan bagi kami sementara kemacetan komunikasi menjadi bagian hubungan kami.
Senyum tulusnya semakin jarang aku temui dan semua yang aku lakukan selalu saja negatif di matanya. Tak ada lagi ruang berbicara atau menjelaskan bahkan hubungan ini sudah mengarah kepada sebuah hubungan transaksional :( Kalau bukan karena sebuah kebutuhan, jangan harap ada keramahan darinya untuk ku. Setidaknya itu yang aku rasakan…
Cerita seperti itu sudah seringkali kita dengar dan saksikan. Siapa yang paling menderita? Suami berpikir, dialah yang paling menderita karena tak mampu mengelola pikirannya sementara ia harus bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarganya. Istri merasa dialah yang paling menderita karena kebutuhan hakikinya sebagai istri; disayangi dan dilindungi sudah tidak lagi terpenuhi. Lalu, bagaimana dengan anak-anak? Apakah mereka tidak merasakan prahara di antara orang tuanya?? Sebaik-baiknya disembunyikan, anak juga punya insting dan ikatan emosional yang kuat…
Orang tua macam apa yang tega mengorbankan anak-anak demi ego nya? Bukan saja mengenai pelanggaran terhadap hak-hak anak tetapi ini mengenai kasih dan kesetiaan yang Tuhan ajarkan, ini engenai kerendahan hati yang setiap hari diajarkan…ini mengenai kedamaian yang dirindukan setiap insan di dunia ini.
Kalau baru 7 tahun sudah seperti itu, bagaimana jika 10 – 15 – 20 – 25 tahun lagi? Berapa lama hidup ini akan dijalani? Hanya Tuhan yang tau…ajarlah kami menghitung hari-hari kami ya Tuhan agar kami memperoleh hati yang bijaksana…
Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF

No comments:

Post a Comment